Batik Garutan Kabupaten Garut, Jawa Barat

batik garutan

Industri kerajinan batik Garutan di Kabupaten Garut, Jawa Barat sempat mengalami jatuh bangun beberapa kali. Sempat berkembang dengan baik dan bisa dibilang mencapai masa keemasan pada masa penjajahan Hindia Belanda, industri batik Garutan mengalami kelesuan pada masa penjajahan Jepang.

Batik Garutan Garut

Batik Garutan umumnya dicirikan dengan dominasi tiga jenis warna utama, yaitu warna biron (biru), sogan (merah bata) yang merupakan pengaruh batik Yogyakarta dan Cirebon, serta warna gading. Dalam beberapa hal menyangkut motif/desain maupun warna, batik Garutan banyak mendapatkan pengaruh paduan dari Belanda, Jepang, dan China.

Selain paduan pengaruh tersebut, batik Garut juga memiliki kelebihan lain dibandingkan produk batik lainnya di tanah air, yaitu adanya proses pembatikan yang dilakukan terhadap kedua sisi kain (proses pembatikan secara bolak-balik) baik sisi depan maupun belakang sehingga kedua sisi kain batik Garutan memiliki tampilan yang sama satu sama lain.

Industri kerajinan batik Garutan

Di era kemerdekaan pun industri kerajinan batik Garutan tidak luput dari pengalaman jatuh bangun. Setelah sempat tertidur lelap selama masa sulit di era awal kemerdekaan hingga dekade tahun 1970- an, industri kerajinan batik Garutan kembali harus berjalan tertatih-tatih ketika keluarga para perajin batik Garutan mencoba untuk bangkit kembali dari tidur panjangnya.

Pengusaha batik tulis, batik cap dan batik semi tulis dan cap asal kota Garut yang berusaha membangun kembali kejayaan industri kerajinan batik Garutan suatu budaya yang pernah digeluti kakek buyut dan leluhur mereka.

Menurut Rajib salah seorang pengusaha batik tulis garutan, industri kerajinan batik Garutan mulai dikembangkan kembali pada tahun 1980- an, namun sempat mengalami kevakuman karena berbagai alasan, khususnya karena kondisi pasar yang masih lesu.

Namun pada dekade tahun 2000- an situasi pasar produk kerajinan batik di dalam negeri mulai bergairah sehingga mendorong Rajib untuk mulai menekuni industri kerajinan batik. Maka berdirilah industri kerajinan batik Garutan yang diberi nama “RPG” Tenun Sutera & Batik Tulis.

Rajib mengatakan industri kerajinan batik Garutan yang digelutinya menggunakan dua jenis kain dasar, yaitu kain primisima dan kain tenun sutera. Selain melayani permintaan produk batik tulis, Rajib juga melayani permintaan produk batik cap serta kombinasi batik tulis dan cap.

“Kami tetap memproduksi batik cap dan batik kombinasi cap dan tulis karena memang ada permintaan di pasar.”

Rajib yang kini memiliki dua gerai batik di Garut sering mengikuti kegiatan pameran batik di dalam negeri. Melalui pameran itu pula Rajib kini memiliki banyak pelanggan yang tersebar di berbagai kota besar di tanah air, termasuk di Jakarta.

“Sampai saat ini permintaan cukup banyak, bahkan untuk Jakarta saja seringkali permintaan tidak dapat kami penuhi seluruhnya. Karena itu, sampai saat ini kami belum sempat melangkah lebih jauh untuk melakukan ekspor, karena permintaan di dalam negeri saja tidak bisa kami penuhi.”

Kendala utama yang dihadapi Rajib dalam memenuhi permintaan produk kerajinan batik adalah adanya keterbatasan jumlah perajin batik. Rajib merasakan bahwa selama ini pelatihan batik bagi masyarakat terutama bagi para calon perajin batik sangat kurang.

Demikian juga sosialisasi yang dilakukan pemerintah maupun dunia usaha mengenai industri kerajinan batik masih sangat kurang. Bahkan, sampai saat ini di Kabupaten Garut belum ada satu pun sekolah batik. Karena itu, tidak mengherankan jika kalangan anak muda sekarang tidak banyak yang berminat untuk membatik.

 

Batik Garutan Kabupaten Garut, Jawa Barat

You May Also Like

About the Author: Arsip Digital

Berbagi informasi dan pengetahuan dalam arsip digital online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *