Pendapat Buk Liwa Mengenai Green Steel Dapat Menyelamatkan Bumi

Buk Liwa dan Green Steel

Pengusaha industri perdagangan baja, Liwa Supriyanti mendukung metode terkini dan menerapkannya ke perusahaan baja Gunung Prisma, di mana ia telah menjadi direktur sejak 2017. Selain itu, Green Steel adalah program dengan resonansi internasional dan internasional skala nasional sebagai bagian dari produksi hijau kebijakan, menghasilkan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan untuk masa depan yang lebih baik bagi dunia.

Buk Liwa dan Green Steel

Baja hijau atau green steel adalah metode pembuatan baja yang modern dan ramah lingkungan. Proses produksinya tidak menggunakan batu bara atau bahan bakar fosil, melainkan menggunakan hidrogen.

1. Proses pembuatan Baja Secara Biasa Dapat Merusak Lingkungan.

Baja sangat populer untuk industri manufaktur negara. Sifat logam ini yang kuat, fleksibel, dan tahan lama menjadikannya pilihan yang tepat untuk turbin, piringan, dan lain-lain .

Tapi produksi baja menyumbang 2 ton karbon dioksida. Selain itu, produksinya menggunakan batu bara dan bahan bakar fosil yang telah ditambang dalam skala besar selama 200 tahun terakhir, menyisakan sedikit untuk generasi mendatang. Liwa Supriyanti melalui Gunung Prisma memilih keluar dari pendekatan konvensional dengan efek samping.

2. Masyarakat Peduli terhadap perubahan iklim.

Tren orang yang menganjurkan untuk mendukung ramah lingkungan sebagai tindakan untuk mengurangi efek berbahaya dari perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia. Tidak hanya di negara-negara Barat, di sini juga sangat prihatin dengan keadaan ini.

Dalam survei terhadap 1.000 konsumen Indonesia, 73% khawatir tentang pemanasan global, 53% tentang emisi karbon, dan 50% tentang tempat pembuangan sampah yang penuh sesak.

Gunung Prisma, yang dipimpin oleh perempuan lulusan Universitas Parahyangan Bandung, sangat menyadari sikap pelanggan dan konsumen perusahaan yang semakin sadar akan dampak buruk perubahan iklim, sehingga mereka berkomitmen pada pendekatan green steel.

3. Pembuatan Green Steel Menggunakan Energi terbarukan.

Metode green steel menggunakan hidrogen sebagai alternatif batu bara dan bahan bakar fosil. Hidrogen merupakan sumber energi terbarukan yang dapat didaur ulang dan tidak akan pernah habis.

Meskipun transisi dari metode konvensional ke green steel sekarang membutuhkan waktu dan uang, Gunung Prisma tetap yakin bahwa hal itu akan dapat diatasi dengan dukungan pelanggan setia dan hubungan kerja.

Buk Liwa mengatakan bahwa Meskipun produksi green steel masih penuh tantangan, itu akan menjadi pasar yang kompetitif di tahun-tahun mendatang.

4. Baja Akan Dibutuhkan di Masa Depan.

Selama tidak ada bahan lain yang dapat menggantikannya, baja akan dibutuhkan untuk generasi yang akan datang. Dengan demikian, mendukung produksi baja dengan penemuan-penemuan baru mewarisi bahan yang bermanfaat.

Saat ini produksi baja dunia telah meningkat enam kali lipat antara 1950 hingga 2005. Liwa Supriyanti mengatakan bahwa pihaknya siap bekerjasama dengan produsen dan pelanggan green steel.

5. Green Steel adalah Aksi Investasi Yang Sangat Berguna.

Metode green steel adalah investasi yang bijaksana karena dapat menerapkan program konservasi lingkungan secara keseluruhan dan meningkatkan kinerja di seluruh rantai kerja. Selain itu, pendekatan ini juga akan mengarah pada konservasi sumber daya alam dan peningkatan taraf hidup masyarakat luas sebagai konsumen.

Bahkan, Liwa Supriyanti juga senantiasa mengajak para pelanggannya supaya untuk mematuhi kebijakan tersebut dan menerapkannya pada sistem produksinya, sehingga program pengolahan green steel akan mencapai hasil yang sangat maksimal.

 

Pendapat Buk Liwa Mengenai Green Steel Dapat Menyelamatkan Bumi

You May Also Like

About the Author: Arsip Digital

Berbagi informasi dan pengetahuan dalam arsip digital online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *