Sebagai warisan budaya Indonesia, batik telah mengukir jejaknya dalam masyarakat luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Seni membatik, yang awalnya erat kaitannya dengan budaya Jawa, kini mengalami transformasi yang menarik di berbagai daerah, salah satunya adalah Kalimantan Timur. Inilah yang coba diwujudkan oleh Sani Rachman, pelopor batik tulis di Kalimantan Timur, melalui usahanya yang diberi nama “Batik Tulis Mitaka.”
Batik Tulis Dayak Mitaka
Dimulai pada tahun 1982 di Kota Samarinda, Batik Tulis Mitaka memiliki misi penting, yaitu memperkenalkan budaya Kalimantan Timur melalui corak khas ukiran Suku Dayak yang dibatik di atas kain. Sani Rachman, akrab dipanggil Agustin, mencoba menciptakan sesuatu yang unik dan mewakili keberagaman budaya Indonesia.
Pada awalnya, perjalanan Mitaka tidaklah mudah. Agustin menghadapi tantangan dan pasang surut dalam mengembangkan usahanya. Namun, dengan tekad dan dukungan dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kaltim, Mitaka menerima bantuan keuangan yang mendukung pengembangan awal seni batik tulis Kaltim pada awal tahun 1990-an.
Prestasi Mitaka semakin bersinar di dekade 90-an. Penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto atas inovasi batik tulis Kaltim menjadi pengakuan terhadap dedikasi mereka dalam melestarikan budaya daerah. Tidak hanya itu, penghargaan dari Iwan Tirta, tokoh pelopor pelestarian budaya batik di Indonesia, semakin memperkuat posisi Mitaka sebagai pionir dalam dunia batik.
Berbeda dengan batik printing yang dapat diproduksi secara masal, batik tulis memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Proses produksi harus dilakukan dengan teliti, menghadapi keterbatasan bahan dan keahlian perajin. Hasilnya, karya seni ini dihargai dengan tinggi, menjadikan setiap produk Batik Tulis Mitaka memiliki nilai estetika dan budaya yang tinggi.
Meskipun tergolong dalam segmen menengah ke atas, Mitaka tetap mempertahankan eksistensinya dengan menawarkan produk berkualitas tinggi. Harga yang relatif tinggi, seperti mulai dari Rp400.000 untuk bahan satin hingga Rp1 juta untuk ukiran batik corak Dayak menggunakan bahan sutra, sebanding dengan keterampilan dan dedikasi yang ditanamkan dalam setiap karyanya.
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Saat ini, hanya beberapa industri kecil di Kalimantan Timur yang masih aktif memproduksi batik tulis. Mitaka, sebagai salah satu dari mereka, terus berusaha mempertahankan kualitas dan eksistensinya. Saat ini, kepemimpinan Mitaka dipegang oleh putri kedua Agustin, yang juga turut memajukan batik tulis Kaltim melalui lembaga kursus dan pelatihan keterampilan kreatif.
Meskipun jumlah pembatik masih terbatas, adanya lembaga pelatihan binaan Mitaka diharapkan dapat meningkatkan minat generasi muda terhadap seni membatik. Agustin berharap bahwa pengembangan motif khas Kaltim akan terus berkibar, menjadi kebanggaan dan tuan rumah di wilayah tersebut.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mengeksplorasi artikel budaya lainnya yang bisa memberikan wawasan baru:
- Besurek, Batik Asli Penduduk Bengkulu
- Batik Padang Sari Sumatra Barat
- Batik Tebingtinggi Ikon Batik Sumatera Utara
Komitmen Agustin pada batik tulis tidak hanya bisnis semata, tetapi juga merupakan sebuah harga mati dan ungkapan cinta pada dunia fashion dan kecantikan. Meski sulit mendapatkan tenaga kerja dengan keterampilan membatik yang baik, hal itu tidak menghentikan langkah Mitaka dalam memperkenalkan dan melestarikan karya batik tulis Kaltim kepada generasi muda.
Sebagai penutup, Mitaka adalah contoh nyata bagaimana sebuah usaha kecil dapat menjadi pelopor dalam melestarikan warisan budaya Indonesia melalui seni batik tulis. Dengan keterampilan, dedikasi, dan komitmen, Mitaka terus mengukir cerita suksesnya dalam melestarikan keindahan dan keterampilan batik tulis Kalimantan Timur, menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya bangsa ini.
Keindahan dan Keterampilan Batik Tulis Dayak Kaltim