Batik Gedog Tuban

Batik Gedog Tuban

Awalnya Batik Tuban belum banyak dikenal karena di daerah Tuban tersebut memang belum banyak yang menekuni tenun dan batik Tuban. Sehingga pada pameran-pameran besar di Jakarta dan kota besar lainnya, batik Tuban kurang dihargai keberadaannya.

Konsumen batik Tuban pada awalnya adalah warga Belanda dan Jepang yang menggunakan kain sebagai bahan pakaian. Belakangan orang Amerika Serikat mulai mengoleksi kain Tuban sebagai kain hiasan atau dekorasi interior rumah.

Bagi mereka yang tahu bagaimana perbedaan kualitas yang dihasilkan mesin gedog dengan mesin ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), tentu mengerti mengapa selisih harga keduanya bisa mencapai 1/3 lebih murah. Kain yang menggunakan ATBM, biasanya langsung diproses batik dengan bahan kain yang diambil dari daerah Jepara (Jawa Tengah).

Dalam satu bulan produksi dengan ATBM dapat menghasilkan sekitar 20 lembar kain. Sementara kain batik Tuban yang kapasnya saja masih dipintal menjadi benang dan dijadikan kain, pertama kali akan terasa lebih kasar permukaannya, seperti kain sarung. Dengan proses manual, satu bulannya hanya dapat menghasilkan satu lembar kain

Tetapi jangan salah tanggap, karena berdasarkan penelitian secara ilmiah, kain batik gedog Tuban yang seratnya murni dari alam dan tidak menggunakan katun sama sekali ini, baik sekali digunakan oleh mereka yang kulitnya kerap mengalami alergi.

Riset ini juga kian membuktikan penggunaan bahan non kimiawi justru aman untuk kulit yang sering bermasalah, karena bebas bahan nilon. Begitu juga dengan pewarnanya. Kebanyakan berasal dari pewarna alam seperti Indigo (untuk biru), kayu mahoni (merah), warna dari tanah liat dan juga pelepah pisang.

Mulai dari produksi benang yang kapasnya sudah dari potensi setempat, dijadikan tenunan kain, sebelum akhirnya diproses menjadi batik, khusus Batik Gedog Tuban, yang motifnya pesisiran.

Kapas yang tumbuh di wilayah Tuban ini, biasanya ditanam di sela-sela tegalan (pematang) sawah, di antara tanaman jagung atau kacang tanah. Lamanya proses penanaman sampai menghasilkan buah biasanya tiga bulan. Jika sudah menjadi benang, beratnya sekitar ¾ kg.

Untuk kebutuhan per bulannya diperkirakan sekitar 60 kg untuk menghasilkan sekitar 30 s/d 40 potong kain tenun yang akhirnya dijadikan kain batik.

Bicara tentang motif, yang paling khas dari batik Tuban adalah motif Guntingan yang kisahnya diambil dari sayap atau daun yang sudah dimodifikasi, sehingga tampilannya menjadi terkesan lancip atau tajam.

Secara umum, motif atau corak yang paling umum di daerah pesisiran ini adalah desain dari alam seperti burung Hong, pohon Kembang Kapas, Ceplok Bunga, dan hasil laut seperti ikan, udang, dan kepiting.

Kendati ada yang menampilkan motif kontemporer, tetapi ciri khas Tuban seperti gambar buket di tengah atau ceplok bunga, bahkan pucuk burung, tetap ada di sisi tepi kain. Pendeknya kini sudah ada ratusan motif batik Tuban, seperti Lokcan, Cuken, dan Krompol

Kini sudah banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui dan mencintai batik Tuban sebagai warisan budaya bangsa Indonesia

 

Batik Gedog Tuban

You May Also Like

About the Author: Arsip Digital

Berbagi informasi dan pengetahuan dalam arsip digital online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *