Batik Benang Bintik Palangkaraya

Batik Benang Bintik Palangkaraya

Perkembangan batik kini tidak hanya dapat ditemui di wilayah Jawa saja, tetapi juga sudah merambah sampai ke wilayah ‘Borneo.’ Seperti Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah, saat ini tidak hanya menjadi wilayah yang dikenal sebagai penghasil rotan, melainkan juga menghasilkan batik khas Dayak.

Batik Benang Bintik Palangkaraya

Keistimewaan Batik Benang Bintik yang merupakan warisan budaya luhur masyarakat setempat, diabadikan sebagai salah satu corak, karena motif yang ditampilkan adalah berupa batang garing ataupun pohon kehidupan. Menurut Sinta selaku pemilik ‘Griya Benang Bintik,’ dirinya tinggal meneruskan usaha industri batik dari kakaknya, yang menjual kain khas corak Kalteng sekaligus usaha penjahitannya.

Griya Benang Bintik mengembangkan berbagai jenis motif khas daerah mulai dari motif Batang Baring (Pohon Kehidupan), Pasukmelu, motif Tameng, Saluang Murik (ikan Saluang), dan Jawet. Beberapa motif tersebut juga banyak terdapat di anyaman rotan yang memang selama ini digeluti masyarakat setempat. Karakter dari batik ini terlihat pada motif-motif etniknya yang khas sekaligus menjadi ciri pembeda dari jenis batik lainnya.

Selain itu, hasil kerajinan tangan suku Dayak ini juga memiliki banyak pilihan motif maupun model, yang relevan dengan kebutuhan zaman. Jika pada awalnya batik ini hanya dikenakan pada upacara adat atau pernikahan, kini Batik Benang Bintik sering dipakai dalam berbagai kegiatan penting seperti festival dan kegiatan seni dan budaya daerah lainnya.

Semua motif yang digarap memiliki makna, sehingga tidak dikerjakan secara asal saja, melainkan melalui proses pengerjaan yang tidak mudah. Namun sayangnya berbagai motif tersebut, belum ada yang dipaten atau mendapat pengakuan sebagai karya intelektualnya. Mengapa demikian, karena untuk pengurusan satu merek saja memakan waktu antara 2 s/d 3 tahun.

Seperti halnya Batik Kalimantan Barat, dalam proses produksinya bahan baku seperti kain mori harus diambil dari Jepara, Pekalongan, dan Solo. Di luar bahan baku kain, bahan penunjangnya seperti obat untuk membatik, canting, dan lilin malam, sudah dapat diperoleh dari Palangkaraya. Hal-hal seperti ini menjadikan harga jual kain batik khas bercorak dari Palangkaraya menjadi mahal, karena biaya produksinya tinggi. Padahal usaha tersebut sudah dilakukan secara turun-temurun

Di sentra wilayah tersebut terdapat juga 11 pembatik lainnya, dan rata-rata mereka memiliki antara dua s/d tiga orang pekerja. Tenaga kerja pembatik untuk jenis batik cap dan batik tulis dari Griya Benang Bintik saja sekitar 40 orang. Dengan kondisi yang ada tersebut, maka produksi yang dihasilkan juga masih terbatas. Selain lebih banyak bergantung dari pesanan seperti untuk keperluan seragam, batik tersebut hanya diproduksi 10 meter saja setiap jenisnya.

Harga jual bervariasi mulai dari yang ukuran 2 meter Rp 100 ribu,- sampai Rp 4,5 juta untuk jenis batik tulis sarimbit yang dibuat dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Di sini harga juga ditentukan oleh warna dan kerumitan garapan coraknya. Kendati pemasarannya sudah sampai ke wilayah Sampit dan Muarateweh, tetapi masih diharapkan juga bantuan keberpihakan pemerintah dalam membantu promosi produk batik seperti melalui pameran.

 

Batik Benang Bintik Palangkaraya

You May Also Like

About the Author: Arsip Digital

Berbagi informasi dan pengetahuan dalam arsip digital online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *